cover
Contact Name
Bandiyah
Contact Email
jurnaldikbud1@gmail.com
Phone
+6281288370671
Journal Mail Official
jurnaldikbud@kemdikbud.go.id
Editorial Address
Sekretariat BSKAP Kemendikbud Gedung E, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telepon: (021) 57900405, Faksimile: (021) 57900405 Email: jurnaldikbud@kemdikbud.go.id; jurnaldikbud@yahoo.com
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
ISSN : 24608300     EISSN : 25284339     DOI : https://doi.org/10.24832/jpnk.v5i1.1509
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan is a peer-reviewed journal published by Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Agency for Research and Development, Ministry of Education and Culture of Republic of Indonesia), publish twice a year in June and December. This journal publishes research and study in the field of education and culture, such as, education management, education best practice, curriculum, education assessment, education policy, education technology, language, and archeology.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 21 No. 3 (2015)" : 7 Documents clear
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Pesantren Rakyat Sumber Pucung Malang Oos M Anwas
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 21 No. 3 (2015)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v21i3.187

Abstract

This study aimed at determining how the use of Information and Communication Technology in the Islamic Boarding School Al-Amin Malang, East Java. The study used a qualitative approach with descriptive methods. Data were collected through observation and interviews of leaders of schools, the students, local governments and communities around the schools. The data analysis use descriptive analysis. The results of this study revealed that although the infrastructure and application systems is still relatively limited, but the school leadership has a strong commitment to using Information and Communication Technology in schools. Infrastructure limitations overcome by optimizing of Information and Communication Technology availability equipment by each students and the community. Utilizing Information and Communication Technology, teaching religion to be dynamic and interesting, more diverse media and content (text, images, audio, video, animation, and simulation), the time and place for learning more fleksible, and the students are trained to develop content to be shared via the Internet. Similarly, the use of Information and Communication Technology can re-dynamize culture, and local wisdom (Jagong Maton) and empowerment (Posdaya) around schools. This study concluded that although the infrastructure is relatively limited but the school leadership has a strong policy and commitment to using Information and Communication Technology can be optimized.ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Pesantren Rakyat Al-Amin Malang Jawa Timur. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara terhadap pimpinan pesantren, para santri, pemerintah setempat, dan masyarakat sekitar pesantren. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian membuktikan bahwa walaupun secara infrastruktur dan sistem aplikasi masih relatif terbatas, pimpinan pesantren memiliki komitmen yang kuat dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi di pesantren. Keterbatasan infrasruktur diatasi dengan mengoptimalkan produk Teknologi Informasi dan Komunikasi  yang dimiliki masing-masing santri dan masyarakat. Melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi, pembelajaran agama menjadi dinamis dan menarik, media dan konten lebih beragam (teks, gambar, audio, video, animasi, dan simulasi), waktu dan tempat belajar lebih fleksibel, serta para santri dilatih membuat konten untuk berbagi melalui internet. Begitu pula pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat menggerakan kembali budaya dan kearifan lokal (Jagong Maton) serta pemberdayaan masyarakat (Posdaya) di sekitar pesantren. Studi ini disimpulkan bahwa walaupun secara infrastruktur relatif terbatas namun kebijakan dan komitmen pimpinan Pesantren Rakyat sangat kuat sehingga pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat optimal.
EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA Agus Hariyanto
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 21 No. 3 (2015)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v21i3.188

Abstract

The purpose of this study is to determine the effectiveness of problem based learning models, aided with mind map, on student’s ability to solve problems creatively based on prior knowledge. Results of the study showed that: 1) students who studied with the PBL mind map-aided model had higher creative problem-solving ability than students who studied with only PBL, 2) in terms of higher prior knowledge, students who studied with the PBL mind map-aided model had higher creative problem-solving ability than students who studied with only PBL, 3) in terms of lower prior knowledge, students who studied with the PBL mind map-aided model had higher creative problem-solving ability than students who studied with only PBL, 4) The learning model used interacts with students’ prior knowledge and students’ creative problem-solving ability, 5) the creative problem-solving ability of students who used the PBL mind map-aided model was more effective than the creative problem solving ability of students with greater prior knowledge who used PBL models; 6) The creative problem-solving ability of students who used the PBL mind mapaided model was more effective than students with low prior knowledge who used the PBL learning model; 7) the creative problem-solving ability of students who used the PBL mind map-aided model was more effective than students who used the PBL learning model. It can be concluded that the PBL mind map-aided model is more effective than the PBL learning model in developing creative problem-solving abilities in 10th grade students, regardless of their prior knowledge levels.ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas model problem based learning berbantuan mind map terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas X. Penelitian ini menggunakan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif yang belajar dengan model PBL berbantuan Mind Map lebih tinggi dibandingkan pembelajaran PBL; 2) Kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif siswa yang belajar dengan pembelajaran model PBL berbantuan mind map lebih tinggi dibandingkan pembelajaran PBL untuk siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi; 3) Kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif siswa yang belajar dengan pembelajaran model PBL berbantuan Mind Map lebih tinggi dibandingkan pembelajaran PBL untuk siswa yang memiliki kemampuan awal rendah;  4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif; 5) Kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif pebelajar dengan model PBL berbantuan mind map lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran PBL untuk siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi; 6) Kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif pebelajar dengan model PBL berbantuan mind map lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran PBL untuk siswa yang memiliki kemampuan awal rendah; 7) Kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif pebelajar dengan model PBL berbantuan mind map lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran PBL. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model PBL berbantuan mind map lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika secara kreatif ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas x.
Efikasi Diri dan Kreativitas Menciptakan Inovasi Guru Nur Khayati; Sri Sarjana
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 21 No. 3 (2015)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v21i3.189

Abstract

The objective of this research is to determine the influence of self efficacy and creativity on innovation. This research was conducted at the State Senior High school in North Cikarang Subdistrict, Bekasi district, using a survey method with path analysis technique. Research samples were selected using random sampling technique and consisted of as many as 123 teachers. The research revealed the following: 1) self efficacy has a positive and direct effect on teacher innovation, 2) creativity also has a positive and direct effect on teacher innovation, and 3) self efficacy has a positive and direct effect on teacher creativity. The conclusion of this research is that innovation can be improved by fostering self efficacy and creativity. ABSTRAK Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh efikasi diri guru, dan kreativitas guru terhadap inovasi guru serta efikasi diri terhadap kreativitas guru dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri di Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik analisis jalur. Sampel penelitian sebanyak 123 guru yang dipilih menggunakan teknik acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) efikasi diri memiliki pengaruh langsung positif terhadap inovasi guru; 2) kreativitas berpengaruh langsung positif terhadap inovasi guru; dan 3) efikasi diri berpengaruh langsung positif terhadap kreativitas guru. Simpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa inovasi guru dalam pembelajaran di sekolah dapat ditingkatkan melalui efikasi diri dan kreativitas.
Konstrak Keterampilan Mengajar Mahasiswa Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Rustam --
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 21 No. 3 (2015)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v21i3.190

Abstract

This research aimed to determine the construct of the teaching skills of the students of Primary School Teacher Education Program. The method used in this research was a survey. The sample of this research was taken through proportionale random sampling technique with a sample size of 640 students Primary School Teacher Education Program Open University during their teaching in the real teaching at primary schools. The data were collected by using an observation method. The data were analyzed using the applications Confirmatory Factor Analysis (CFA). The results of this research showed that the construct of the teaching skills were developed through the lesson plan, conducting the learning activities, creating the classroom climate, demonstrating mastery learning materials, conducting assessment, and reflection. In conclusion, the six factors are empirically proven to be accurately, consistently, and precisely to measure the construct of teaching skills of primary school teacher education program students.ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menentukan konstrak keterampilan mengajar mahasiswa Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Survei. Sampel penelitian diambil melalui teknik proportionale random sampling sebesar 640 mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Terbuka yang mengajar di kelas nyata di sekolah dasar. Pengumpulan data menggunakan metode observasi. Data dianalisis menggunakan aplikasi Analisis Faktor Konfirmatori (AFK). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstrak keterampilan mengajar dibentuk oleh perencanaan pembelajaran, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola iklim kelas, mendemonstrasikan penguasaan materi pembelajaran, melakukan asesmen, dan melakukan refleksi. Kajian ini menyimpulkan bahwa keenam faktor tersebut secara empiris terbukti akurat, konsisten dan memiliki ketepatan dalam mengukur konstra keterampilan mengajar mahasiswa program PGSD.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Aksesibilitas Memperoleh Pendidikan untuk Anak-Anak di Indonesia Novrian Satria Perdana
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 21 No. 3 (2015)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v21i3.191

Abstract

The purpose of this study is to determine the factors that influence the accessibility of education for children in Indonesia. This research used SUSENAS data from 2014 and 372,142 children aged 7-18 years as the unit of analysis. This research used the logit regression method with data processing software STATA 13. After using STATA 13 to process data from 372,142 children, the study revealed the following result: Prob> chi2 = 0.0000, which indicates that the model tested in this research is correctly classified with a value of 89.93 percent. Thus, this model is able to predict children’s access to education. Further, the dependent variable can be influenced by the independent variables as much as 89.93 percent. It can be concluded that factors positively affecting children’s access to education in Indonesia are as follows: being female and living in an urban area, having a mother who achieved higher educational levels, living in closer proximity to school, having parents who are married at a productive age, belonging to a household with a higher income per capita and belonging to a household containing a smaller number of members.ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aksesibilitas memperoleh pendidikan bagi anak-anak di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SUSENAS 2014 dengan unit analisis anak berusia 7-18 tahun, jumlah responden sebanyak 372.142 anak. Penelitian ini menggunakan metode regresi logit dengan software pengolah data STATA 13. Setelah dilakukan olah data dengan menggunakan software STATA 13 dari 372.142 anak diperoleh Prob>chi2 =0.0000, artinya bahwa model yang diujikan dalam penelitian ini signifikan dengan nilai correctly classified sebesar 89,93 persen. Dengan demikian, model ini mampu memprediksi aksesibilitas anak memperoleh pendidikan serta variabel terikatnya dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya sebesar 89,93 persen. Dapat disimpulkan bahwa anak perempuan yang bertempat tinggal di perkotaan, latar belakang pendidikan Ibu yang semakin tinggi, jarak ke sekolah yang dekat, orang tua yang menikah di usia produktif, semakin besarnya pendapatan per kapita rumah tangga, dan semakin sedikitnya jumlah anggota rumah tangga merupakan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap aksesibilitas memperoleh pendidikan bagi anak-anak di Indonesia.
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Dedi Holden Simbolon; Sahyar --
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 21 No. 3 (2015)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v21i3.192

Abstract

This study aims to analyze the difference of learning outcomes between studentswho were taught physics using guided inquiry-based learning model experiments with real and virtual laboratory learning model compare to Instruction Direct Instruction (DI).This study was a quasi-experimental. The study population was students of class XI-IPA Methodist 1 High School Medan of the school year 2012/2013. Sampling technique using a cluster random sampling consisting of two classes with a total sample of 76 students. The data analysis performed by Two Way Anova. The results obtained that there are significant difference between the results of studying physics students taught using guided inquiry learning model based on real and virtual laboratory experimentation and students taught using direct learning model. It can be concluded that the Guided Inquiry learning model based on real and virtual laboratory experiments is better than direct instructional model in improving student learning outcomes physics. There is a significant interaction between guided inquiry learning model based on real and virtual laboratory experiments and direct instructional model regarding the level of activity of the physics students’ learning outcomes.ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan antara hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dibandingkan dengan model pembelajaran Direct Instrusction (DI). Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experiment). Populasi penelitian adalah siswa kelas XI-IPA SMA Methodist 1 Medan tahun pelajaran 2012/ 2013.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random sampling yang terdiri atas dua kelas dengan jumlah sampel seluruhnya 76 orang siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua arah. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual lebih baik dari pada model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Ada interaksi yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dengan tingkat aktivitas terhadap hasil belajar fisika siswa.
Diversifikasi Kurikulum dalam Kerangka Desentralisasi Pendidikan Sutjipto --
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 21 No. 3 (2015)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v21i3.193

Abstract

The purpose of this article is to examine curriculum development in the context of decentralized education governance. The results of the study show that, firstly, the legislation in effect contains provisions that make it possible for each district/region to play a role in developing curriculum tailored to the characteristics, needs and potential of each district/region. Second, diversifying and customizing curriculum content can begin with the formation of ideas and designs as well as the implementation and evaluation of the existing curriculum. Alterations made to curriculum content can range in scope from the structuring of the curriculum, the selection of essential study materials or the elaboration upon the existing standard. Third, there needs to be a change in the understanding of curriculum diversification and development. Such development should be understood as intricate work that requires professionals and experts to work together as a team to be more adequate, efficient and effective. Fourth, in terms of human resources, regional areas in Indonesia are considered to have people who are experienced in developing and customizing curriculum. Fifth, diversification of the curriculum still requires a variety of regulations to form a basis from which the development team can carry out its duties. It can be concluded that policy that facilitates the customization of the curriculum has been enacted to encourage diversity, which evolves continuously without disregarding national education goals.ABSTRAK Tujuan artikel ini untuk mengkaji khasanah pengembangan diversifikasi kurikulum ditinjau dari domain desentralisasi pendidikan. Hasil kajian menunjukkan bahwa pertama, dari sisi peraturan perundang-undangan yang berlaku terdapat ketentuan yang mengikat semua pihak bahwa daerah dimungkinkan dapat berperan dalam pengembangan diversifikasi kurikulum yang disesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan dan potensinya. Kedua, konten diversifikasi kurikulum dapat dimulai dari ide, perancangan, implementasi dan evaluasi kurikulum yang cakupannya mulai dari penataan struktur, pemilihan bahan kajian yang esensial baik secara utuh maupun merupakan penjabaran dari standar yang ada. Ketiga, dengan memandang bidang pekerjaan pengembangan diversifikasi kurikulum sebagai wilayah garapan yang tidak sederhana diperlukan tenaga pengembang yang profesional, yang berarti tim tidak mungkin bekerja sendiri agar tugas-tugas tim menjadi lebih memadai, efisien, dan efektif. Keempat, dari kesiapan sumber daya manusia daerah dianggap cukup berpengalaman dalam mengembangkan diversifikasi kurikulum. Kelima, bahwa diversifikasi kurikulum masih memerlukan beragam regulasi sebagai dasar bagi tim pengembang untuk melaksanakan tugasnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diversifikasi kurikulum merupakan kebijakan yang telah diberlakukan untuk mendorong keberagaman berkembang secara terus menerus tanpa menafikan tujuan pendidikan nasional.

Page 1 of 1 | Total Record : 7